Baturagung, 11 Juni 2023

Tradisi apitan atau lebih dikenal dengan istilah sedekah bumi mungkin bagi kalangan masyarakat jawa adalah hal yang lumrah dan biasa, dikarenakan ritual tersebut jamak dilakukan setiap tahun, tepatnya dibulan Apit dalam kalender aboge, atau bertepatan dengan bulan dzulqo’dah dalam penanggalan hijriyah. Tidak jelas siapa yang memulai tradisi ini, namun diyakini mulai dikenalkan pada masa penyebaran Islam di Tanah Jawa oleh para Wali Sembilan sekitar 500 tahun yang lampau.

Untuk tahun 2023 ini Pemerintah Desa Baturagung bersama dengan Karang Taruna Induk Tunas Persada Baturagung menggelar acara apitan dengan lebih meriah daripada tahun sebelumnya. Kali ini seperti tahun sebelumnya bertempat di Balai Desa Baturagung acara dimulai di pagi hari jam 07.00 WIB dengan bacaan khotmil Qur’an oleh para hafidz dari Desa Baturagung.

Dilanjut di siang hari nya dari jam 12.30 WIB acara diisi dengan tradisi membuat galengan-galengan dari nasi dan lauk pauk dari para warga sekitar wilayah Balai Desa Baturagung yakni warga Dusun Batur. Di waktu yang sama 4 gunungan yang berupa hasil bumi di kirab dari Kediaman Kepala Desa Baturagung Bapak Mubasir menuju Balai Desa Baturagung tempat berlangsungnya prosesi apitan. Disepanjang jalan, kirab yang diiringi grup Drumband dari SMP N 3 Gubug (Baturagung) ini membuat warga antusias untuk mendekat dan melihat meriahnya kirab tersebut sampai di Balai Desa Baturagung. Pasukan dari kirab ini terdiri dari jajaran Pemerintah Desa, BPD, Kader PKK, RT RW, Karang Taruna dan Tokoh masyarakat lainnya.

Sesampai di balai Desa Baturagung acara dilanjut dengan sambutan dari Kepala Desa Baturagung yang menyampaikan acara semacam ini akan terselenggara dengan baik bilamana kita bisa bersama-sama ikut andil dan mendukung kegiatan seperti ini. Acara dilanjut dengan pembacaan tahlil dan prosesi inti acara apitan yakni “Nyiwer Balai Desa” yang dilaksanakan oleh para perangkat Desa yang mengelilingi lingkungan balai desa dengan uborampenya. Selesai acara tersebut dilanjut dengan bacaan doa dan ditutup dengan perebutan gunungan oleh para warga yang hadir diacara tersebut (MAH)