Artikel
SEJARAH DESA BATURAGUNG
Bermula pada abad ke-14 di sebuah tempat di wilayah Jawa Tengah terdapat 4 bersaudara. Mereka yaitu Mbah Seto, Mbah Bongso, Mbah Tri Sri Murni, dan Mbah Abdurrahman (labih). Keempat tokoh tersebut adalah tokoh besar yang mengikuti jejak Sunan Kalijaga. Mereka memiliki misi yaitu menyebarkan agama Islam dan membuka wilayah. Sunan Kalijaga berpesan kepada keempat tokoh tersebut bahwa mereka di berikan tugas untuk membuka wilayah (sebutan untuk membuka wilayah pada zaman dahulu yaitu babat alas).
Tokoh-totkoh tersebut mulai menjalankan misinya. Tujuan pertamanya yaitu ke sebuah tempat didaerah Demak. Dahulu tempat tersebut masih berbentuk hutan yang di penuhi semak belukar. Mereka memberikan sebutan tempat itu dengan sebutan Alas Glagah Wangi. Setibanya ditempat tujuan, mereka tidak dapat menjalankan misinya karena saat itu tempat tersebut tengah terjadi peperangan. Karena pesan Sunan Kalijaga adalah agar mereka dapat membuka wilayah, maka mereka diperintahkan untuk berpindah ke daerah selatan. Di wilayah itulah mereka mulai menjalankan misinya. Mereka melaksanakan babat alas untuk membuka wilayah. Setelah menyelesaikan misinya, kemudian mereka memberikan nama untuk wilayah tersebut dengan sebutan “BATURAGUNG”. Batur yang berarti teman dan Agung yang artinya mulia. Sehingga, Baturagung dapat diartikan sebagai sekelompok teman/orang yang mendirikan suatu tempat dengan hati yang ikhlas dan mulia.
Mulai saat itu, Baturagung mulai menjadi desa dengan penduduk yang terus berdatangan. Sesuai dengan pesan dari salah satu tokoh besar tersebut bahwa beberapa tahun kedepan apabila desa tersebut telah ramai penduduk, beliau menginginkan agar masyarakat setempat dapat melakukan upacara adat untuk memperingati jasa-jasa keempat tokoh tersebut. Usai menjalankan misinya mereka kembali ketempat asalnya yaitu di Tuban. Sebuah peninggalan dari 4 tokoh tersebut adalah sebuah makam, yang bernama makam Mbah Trobongso. Makam tesebut merupakan tempat yang dahulu digunakan oleh 4 tokoh tersebut untuk beristirahat setelah melakukan babat alas. Sedangkan nama Trobongso diambil dari masing-masing tokoh tersebut, yaitu Mbah Tri Sri Murni, Mbah Seto, dan Mbah Bongso.
Kini desa Baturagung mulai menunjukkan kemajuan. Untuk memperingati jasa tokoh tersebut masyarakat desa Baturagung melaksanakan upacara adat yang dilakukan setiap tahun sekali, yaitu pada bulan Syuro. Mereka menyebutnya dengan Nyadran. Setelah mengetahui sejarah berdirinya desa Baturagung, kita diajak untuk selalu menjaga keutuhan desa tersebut. Tetap melestarikan budaya yang diwariskan oleh leluhur serta menjadikan desa Baturagung sebagai desa yang memiliki kualitas yang baik. (MAH)